Malam itu kau yang ku tunggu
Seperti malam" penantianku
Tapi kini bulan tak seperti dulu
Bersinar diatas kepalaku
Manja yang ku punya
Dan ingin selalu istimewa
Meski hanya di balik kaca
Melirik lewat jendela
Mengapa aku harus hadir
Bersikap semakin pandir
Berlagak seperti penyair
Berharap kemarau tergenang air
Menyeruak di sela-sela tetesan
Perlahan, namun semakin dalam
Sayang,
Anggur mu pahit di lidahku,
Pedangmu tumpul di nyawa ku
Darah mu putih di alam ku,
Sayang,
Silahkan ayo kita duluan
Nikmati perjanjian kita dengan setan
Nanti,setelah kau pulang
Hadiahi kekasihmu dengan kecupan
Agar ia tak berangasan
Tapi kenikmatan yg kita rasakan
Tak perlu kau ceritakan